Rabu, 19 Juni 2013

budaya makan patita

Mari Makan Patita!!!


1347594799143728805
Makan Patita (detik.com)
Tradisi Makan Patita merupakan salah satu identitas budaya Maluku yang sangat kental dengan kehidupan masyarakat setempat yakni sebuah acara makan bersama dalam lingkup kekeluargaan yang hangat dengan menyuguhkan berbagai makanan dan masakan tradisional khas daerah. Siapa pun yang hadir dalam acara Makan Patita itu boleh mencicipi segala makanan yang tersedia di situ dengan sesuka hatinya.
Bagi masyarakat Maluku, Makan Patita menjadi sebuah alat untuk memperat tali persaudaraan sehingga dimanapun warga Maluku berada, kekerabatan tetap terus terjaga.
Kemarin, Kamis (13/9) di Kecamatan Baguala, Kota Ambon, Maluku telah berlangsung kegiatan penutupan lomba dan Makan Patita dalam rangka HUT Kota Ambon ke-437 yang dihadiri langsung oleh Walikota Ambon Richard Louhenapessy.
Dalam kata sambutannya, Walikota Ambon mengatakan bahwa HUT Kota Ambon kali ini lebih menekankan pada pengembalian budaya orang Ambon yaitu hidup orang basudara dan itu terangkum dalam kegiatan-kegiatan seperti lomba olahraga maupun Makan Patita, sehingga akan menumbuhkan solidaritas antar masyarakat, sebagai bagian untuk membangun kohesi dan ikatan sosial yang positif. Semakin kuat hubungan sosial yang dilakukan di tengah-tengah masyarakat maka akan dapat menga­lahkan intervensi yang datang dari pihak luar karena kita masih tetap mempertahankan hubungan per­saudaraan itu.
Ia  juga berharap, budaya dan ciri khas warga kota dapat dikembalikan, sebab hal ini penting dilakukan agar tidak mudah di adu domba dan terjebak dengan isu-isu yang dapat menghancurkan kehidupan orang basudara yang selama ini telah terbina.
“Kita harus melihat Ambon dalam perspektif masa depan, jangan terpancing dengan isu-isu yang menyesatkan seperti yang terjadi belakangan ini di kota Ambon. Oleh sebab itulah, saya menghimbau kepada masyarakat, marilah kita tingkatkan hubungan persaudaraan sebagai persyaratan untuk menangkal rencana yang negatif di kota ini,” pinta walikota.
Patut dijadikan panutan.
Budaya lokal ini perlu kiranya dilestarikan dan dikembangkan sehingga dapat menjadi panutan bagi masyarakat Indonesia umumnya yang saat ini tengah mengalami krisis kepedulian terhadap saudara-saudaranya sebangsa dan setanah air karena mengedepankan perbedaan-perbedaan yang ada. “Kita Bangsa Indonesia jangan pernah lagi mau di adu domba oleh pihak luar yang mengatasnamakan agama ataupun ideologi yang menggiring kita ke dalam jurang kehancuran persatuan dan kesatuan serta persaudaraan yang selama ini terjalin”.

source: http://sosbud.kompasiana.com/2012/09/14/mari-makan-patita-493328.html

Budaya Makan Sirih dan Pinang.

Budaya Makan Sirih dan Pinang.


Bangsa yang besar seperti Indonesia ini tentu akan kaya dengan berbagai budaya daerah. Karena dengan banyaknya suku yang ada. Daerah yang satu dengan daerah yang lain punya istiadat yang berbeda pula tentang makanan, pakaian, atau  apa saja  yang mereka punya di daerah itu, yang dapat memperkaya kasanah budaya bangsa ini.Suatu daerah sudah pasti memiliki tradisi dan adat-istiadat yang berbeda dengan daerah lainnya. Contohnya Kebiasaan makan sirih dan pinang (Areca catechu L) sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat
Indonesia. Tepatnya sekitar abad ke-6 masehi. Kebiasaan tersebut sudah dikenal oleh masyarakat di Kalimantan sejak lama, tepatnya pada abad ke-9 sampai ke-10 Masehi. Hal tersebut kemudiaan menyebar keseluruh pulau Kalimantan tertuama di Kalimantan Tengah. Masyarakat Kalteng pada umumnya juga sangat menggemari makan sirrih pinang. Orang tua sampai ke anak-anak menggemarinya. Namun kebanyakkan adalah orang tua paruh baya sampai kepada kakek-nenek sangat menyukai makanan yang satu ini..

Biasanya untuk nenek-kakek, mungkin tidak kuat lagi untuk mengunyah sirih pinang maka hal tersebut dapat dilakukani dengan cara ditumbuk terlebih dahulu menggunakan semacam lesung kecil dan penumbuk sampai kira-kira semua bahannya sudah hancur baru dikelurkan lalu dimakan. Warna bibir seseorang yang makan sirih pinang berwarna merah ini karena percampuran antara daun sirih, pinang, kapur, gambir dan sedikit tembakau. Residunya berupa ludah yang berwarna merah dan sisa-sisa serat dari buah pinang. Pecandu memamah sirih pinang punya sensasi tersendiri setelah makan sirih pinang. Memamah sirih pinang tidak mengenal waktu, kegiatan tersebut dapat dilakukan pagi, siang, sore bahkan pada malam hari. Sama halnya dengan pecandu rokok yang tidak mengenal waktu untuk menikmati rokok. Sirih adalah tanaman tropis yang tumbuh di Madagaskar, Timur Afrika, dan Hindia Barat. Jenis sirih yang terdapat di Semenanjung Malaysia ada empat jenis, yaitu sirih Melayu, sirih Cina, sirih Keling, dan sirih Udang. Sementara pinang berasal dari tanah Malaya (Malaysia).

Untuk pecandu berat sirih pinang biasanya cara untuk mengatasinya dengan cara membawa perlengkapan dalam suatu tempat yang dapat terbuat dari anyaman rotan, kaleng, tas pinggang, dan lain-lain. Semua perlengkapan dimasukkan kedalam wadah tersebut berupa daun sirih, pinang yang sebagian sudah di belah, kapur, daun atau getah gambir, tembakau. Hal tersebut yang menjadi kebiasaan yang berkembang di masyarakat Kalimantan, baik daerah kota sampai ke daerah pedalaman, masyarakat biasa sampai para pejabat pemerintahan, tua muda mengemarinya.

Apakah makan sirih dan pinang memiliki efek negatif? Sebenarnya makan sirih dan pinang sama halnya dengan kebiasaan minum kopi, teh atau mengisap rokok. Pada mulanya setiap orang yang menginang (makan sirih dan pinang) tidak lain untuk penyedap mulut. Kebiasaan ini kemudian berlanjut menjadi kesenangan dan terasa nikmat sehingga sulit untuk dilepaskan. Kebiasaan menginang di samping untuk kenikmatan juga berfungsi sebagai obat untuk merawat gigi, terutama agar gigi tidak rusak atau berlubang. Fungsi menginang yang lain yaitu menyangkut tata pergaulan dan tata nilai kemasyarakatan. Hal ini tercermin dari kebiasaan menginang, hidangan penghormatan untuk tamu, sarana penghantar bicara, sebagai mahar perkawinan, alat pengikat dalam pertunangan sebelum nikah, untuk menguji ilmu seseorang, dan sebagai pengobatan tradisional. Bahkan menginang juga digunakan sebagai upacara dan sesaji yang menyangkut adat istiadat serta kepercayaan dan religi masyarakat.

Tamu biasanya disuguhi sirih pinang dulu dalam bertamu. Hal tersebut merupakaan suatu kehormatan dan tamu wajib untuk mencobanya. Barulah kopi, teh atau makanan lain yang disuguhkan setelah makan sirih pinang. Kebiasaan-kebiasaan memamah sirih pinang selain dalam kehidupan sehari-hari dapat kita temui juga dalam hal-hal berikut:

1.Hidangan Penghormatan

Hal ini tergambar dalam kebiasaan-kebiasaan menginang bersama, hidangan penghormatan untuk tamu, hidangan atau sarana pengantar bicara dan lain-lain. Kebiasaan ini terjadi dalam masyarakat dahulu hingga sampai saat ini pada masyarakat kota dan pedalaman tidak meninggalkan budaya ini dalam kehidupan mereka.

2.Acara-acara Adat

Dalam upacara-upacara adat juga sirih pinang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan masyarakatnya. Misalnya dalam upacara tiwah, deder kandayu, karungut, balian, nyangiang, mapas lewu, upacara pisek, pakaja panganten, dan waktu-waktu lainnya. Kebiasaan tersebut tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan masyarakat. Ini digunakan untuk mempererat tali persaudaraan masyarakatnya. Bahkan sirih pinang juga selalu ada pada setiap sesaji yang diberikan bagi arwah-arwah nenek moyang dalam sebagian acara seperti diatas.

3.Acara Pertunangan/Perkawinan

Sebelum perkawinan ada upacara yang dikenal dengan pertukaran cincin (pertunangan). Menyiapkan perlengkapan sirih dan pinang dan perlengkapan lainnya merupakan suatu kewajiban dan harus ada bagi para tamu dan undangan yang hadir. Ini merupakan waktu-waktu yang special untuk makan ssirih dan pinang secara bersama-sama. Begitu juga pada saat perkawinan tiba hal tersebut merupakan makanan wajib yang harus ada disiapkan untuk para tamu. Seandainya tidak ada maka ada perasaan yang kurang puas dalam hati dari yang punya acara/kegiatan.

Jelaslah bahwa budaya menginang pada masyarakat Kalimantan sudah menjadi budaya yang tidak mengenal umur, ras, pangkat, golongan. Hal tersebut menjadi kebiasaan yang mengakar kuat dalam masyarakat sehingga dapat mempererat tali persaudaraan dalam keseharian kehidupan masyarakatnya. Kebiasaan ini harus tetap dijaga dan dilestaarikan asalkan tidak merugikan orang lain…..


source: http://senibudaya12.blogspot.com/2012/05/sirih-dan-pinang-nginang.html

Budaya teh Tionghoa

Budaya teh Tionghoa


Preperations for a tea ceremony.jpg
Minum teh telah menjadi semacam ritual di kalangan masyarakat Tionghoa. Di Cina, budaya minum teh dikenal sejak 3.000 tahun sebelum Masehi (SM), yaitu pada zaman Kaisar Shen Nung berkuasa. Bahkan, berlanjut di Jepang sejak masa Kamakaru (1192 – 1333) oleh pengikut Zen.
Tujuan minum teh, agar mereka mendapatkan kesegaran tubuh selama meditasi yang bisa memakan waktu berjam-jam. Pada akhirnya, tradisi minum teh menjadi bagian dari upacara ritual Zen.
Selama abad ke-15 hal itu menjadi acara tetap berkumpul di lingkungan khusus untuk mendiskusikan berbagai hal.
Meski saat itu belum bisa dibuktikan khasiat teh secara ilmiah, namun masyarakat Tionghoa sudah meyakini teh dapat menetralisasi kadar lemak dalam darah, setelah mereka mengonsumsi makanan yang mengandung lemak.
Mereka juga percaya, minum teh dapat melancarkan buang air seni, menghambat diare, dan sederet kegunaan lainnya.

source: www.wikipedia.com

Budaya Potong Jari di Papua

Budaya Potong Jari di Papua

Menangis, mungkin itu yang lakukan saat kita didera kesedihan. Namun, berbeda dengan masyarakat Papua pedalaman, mereka memotong jari mereka sendiri untuk menunjukkan rasa kesedihan mereka. Terdengar sadis memang, namun itulah salah satu bentuk kekayaan budaya kita.

Bagi mereka, tradisi ini disimbolkan sebagai bentuk kesedihan yang mendalam akan kehilangan anggota keluarga yang meninggal. Semakin banyak kita melihat warga Papua pedalaman memotong jarinya maka dapat diartikan telah banyak pula anggota keluarga yang mereka cintai telah meninggal dunia.

Bahkan, masyarakat terdahulu Lembah Baliem, sebuah lembah pegunungan yang cukup terkenal, pernah ada tersingkap kasus dimana seorang ibu yang memotong jari anaknya yang baru lahir dengan cara menggigitnya karena ingin menghilangkan “kesialan” yang selama ini menderanya. Ia percaya dengan ia memotong jari anaknya maka kesialan yang selama ini ia alami dapat hilang.
Kenyataannya, si anak hidup bahagia dan memberikan kebahagiaan bagi keluarga besarnya.
Masyarakat yang dijuluki sebagai mutiara hitam ini melakukan tradisi pemotongan jari dengan cara memotong dengan benda tajam ataupun mengikat jari mereka sampai waktu yang lama sehingga jaringan sel di jari mati dan membusuk dengan sendirinya. Barulah mereka memotongnya.
"Budaya merupakan seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan, standar, pengetahuan, moral hukum, dan perilaku yang disampaikan oleh individu-individu dan masyarakat yang menentukan bagaimana seseorang bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya serta orang lain," kata pakar budaya asal Inggris, Mitchel beberapa waktu lalu.
Penjelasan salah seorang pakar budaya inilah yang mempertegas bahwasanya masyarakat Papua sangat menghargai budayanya. Namun budaya ini sekarang sudah ditinggalkan dikarenakan pengaruh agama yang masuk ke tanah Papua. Mungkin bukti-bukti tersebut saat ini masih bisa didapatkan dari mereka yang pernah melakukan tradisi ini di tempo dulu.

source: http://www.indonesiasik.com/2012/06/budaya-potong-jari-di-papua.html#

Unsur-Unsur Pandangan Hidup



Unsur-Unsur Pandangan Hidup

 2. Sebutkan unsur2 yang terdapat dalam pandangan hidup?
Cita – cita : adalah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan.
Untuk mencapai cita-cita tergantung dari 3 faktor :

  1. Faktor manusia : yang itu ditentukan oleh kualitas manusianya.
  2. Faktor kondisi : mempengaruhi tercapainya cita-cita yang umumnya disebut fakto menguntungan/memperlancar dan menghambat
  3. Faktor tingginya cita-cita, kemauan yang tinggi, dan berani bermimpi, adalah faktor pendukung yang menjadikan seseorang pantang menyerah, dan tidak takut gagal, untuk meraih cita-citanya.
  4. Kebajikan : perbuatan yang mendatangkan kebaikan yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika/moral
  5. Usaha/ Perjuangan : adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita, kerja keras dapat dilakukan dengan otak/ilmu maupun dengan tenaga/jasmani atau kedua-keduanya.

Sebagai makhluk pribadi, manusia dapat menentukan mana yang baik dan buruk, baik dan buruk itu ditentukan suara hati.
Kerja keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat martabat manusia, sedangkan pemalas dapar menjadi manusia miskin, 
Dalam agama pun diperintahkan untuk bekerja keras seperti hadist yang di ucapkan oleh Nabi Muhammad SAW, yang ditunjukan pada pengikutnya “ Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya dan beribadahlah kamu seakan-akan kamu akan mati besok” 
Allah berfirman dalam surat Ar-Ra’du ayat 11 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah keadaan mereka sendiri” dari hadist dan firman ini dapat disimpulkan bahwa manusia perlukerja keras untuk memperbaiki nasibnya.

Keyakinan dan kepercayaan : menjadi dasar pandangan hidup yang berasar dari akal atau kekuasaan tuhan.

Ada 3 aliran filsafat yaitu :
  1. Aliran naturalisme : hidup manusia itud ihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupan kekuatan tertinggi, kekuatan gaib itu dari natur dan itu dari tuhan, manusia adalah ciptaan tuhan, karena itu manusia mengabdi pada tuhan melalui ajaran2 agama.
  2. Aliran intelektualisme : dasar aliran ini adalah logika/akal (kalbu yang berpusat di hati: “hati nurani” maka keyakinan manusia itu bermula dari akal.
Aliran gabungan : dasar aliran ini adalah kekuatan gaib yang berasal dari tuhan sebagai dasar keyakinan sedangkan akal adalah dasar kebudayaan yang menentukan benar tidaknya sesuatu yang dinilai berdasarkan akal, baik sebagai logika berpikir maupun rasa/hati nurani. Apabila dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari tuhan dan akal berimbang maka akan menghasilkan pandangan hidup sosialisme-religius, kebijakan yang dikehendaki adalah kebajikan menurut logika berpikir dan dapat diterima hati nurani, semuanya itu berkat karunia tuhan.

definisi kebudayaan dan tujuan ilmu budaya dasar



definisi kebudayaan dan tujuan ilmu budaya dasar

Definisi Kebudayaan :
Keseluruhan system gagasan, tindakan hasil karya manusia dalam kehidupan yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
Kebudayaan adalah segala tindakan yang harus dibiasakan oleh manusia dengan belajar
Kebudayaan (culture) berasal dari kata sanskerta : buddayah
Bentuk jamak dari budhi (budi) atau akal
Kebudayaan adalah hal-hal yang bersangkutan dengan akal
Budaya : budi dan daya berupa cipta karsa dan rasa
Kebudayaan : hasil dari cipta, karsa dan rasa
                                                           
Kebudayaan adalah Segala tindakan yang dilandaskan dengan pembelajaran dan keterampilan seseorang dengan motivasi yang tinggi untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan.
Tujuan :
Mengusahakan penajaman dan kepekaat pola pikir kita terhadap lingkungan budaya, sehingga kita lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama untuk kepentingan setiap individu.
Memberikan kesempatan bagi kita semua untuk memperluas wacana tentang berbagai masalah yang dihadapi manusia maupun berbagai persoalan budaya.
Mengkader kita untuk menjadi individu yang toleran dan tidak terjerumus dalam sifat kedaerahan, fanatisme agama, maupun ras atau golongan. Hal ini karena ruang lingkup pendidikan yang kita rasakan saat ini cenderung membuat setiap manusia berpandangan sempit, mementingkan golongan dan lain sebagainya.

Unsur-Unsur Pandangan Hidup



Unsur-Unsur Pandangan Hidup

 2. Sebutkan unsur2 yang terdapat dalam pandangan hidup?
Cita – cita : adalah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan.
Untuk mencapai cita-cita tergantung dari 3 faktor :

  1. Faktor manusia : yang itu ditentukan oleh kualitas manusianya.
  2. Faktor kondisi : mempengaruhi tercapainya cita-cita yang umumnya disebut fakto menguntungan/memperlancar dan menghambat
  3. Faktor tingginya cita-cita, kemauan yang tinggi, dan berani bermimpi, adalah faktor pendukung yang menjadikan seseorang pantang menyerah, dan tidak takut gagal, untuk meraih cita-citanya.
  4. Kebajikan : perbuatan yang mendatangkan kebaikan yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika/moral
  5. Usaha/ Perjuangan : adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita, kerja keras dapat dilakukan dengan otak/ilmu maupun dengan tenaga/jasmani atau kedua-keduanya.

Sebagai makhluk pribadi, manusia dapat menentukan mana yang baik dan buruk, baik dan buruk itu ditentukan suara hati.
Kerja keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat martabat manusia, sedangkan pemalas dapar menjadi manusia miskin, 
Dalam agama pun diperintahkan untuk bekerja keras seperti hadist yang di ucapkan oleh Nabi Muhammad SAW, yang ditunjukan pada pengikutnya “ Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya dan beribadahlah kamu seakan-akan kamu akan mati besok” 
Allah berfirman dalam surat Ar-Ra’du ayat 11 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah keadaan mereka sendiri” dari hadist dan firman ini dapat disimpulkan bahwa manusia perlukerja keras untuk memperbaiki nasibnya.

Keyakinan dan kepercayaan : menjadi dasar pandangan hidup yang berasar dari akal atau kekuasaan tuhan.

Ada 3 aliran filsafat yaitu :
  1. Aliran naturalisme : hidup manusia itud ihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupan kekuatan tertinggi, kekuatan gaib itu dari natur dan itu dari tuhan, manusia adalah ciptaan tuhan, karena itu manusia mengabdi pada tuhan melalui ajaran2 agama.
  2. Aliran intelektualisme : dasar aliran ini adalah logika/akal (kalbu yang berpusat di hati: “hati nurani” maka keyakinan manusia itu bermula dari akal.
  3. Aliran gabungan : dasar aliran ini adalah kekuatan gaib yang berasal dari tuhan sebagai dasar keyakinan sedangkan akal adalah dasar kebudayaan yang menentukan benar tidaknya sesuatu yang dinilai berdasarkan akal, baik sebagai logika berpikir maupun rasa/hati nurani. Apabila dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari tuhan dan akal berimbang maka akan menghasilkan pandangan hidup sosialisme-religius, kebijakan yang dikehendaki adalah kebajikan menurut logika berpikir dan dapat diterima hati nurani, semuanya itu berkat karunia tuhan.

Arti pandangan hidup

Arti pandangan hidup


1. Jelaskan arti pandangan hidup dari pandangan hidup itu sendiri?
Pandangan Hidup : Pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia.
Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Pandangan hidup ada 3 macam :
  1. Pandangan hidup yang berasal dari agama, yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
  2. Pandangan hidup yang berupa ideologi, yaitu disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara.
  3. Pandangan hidup berdasarkan renungan, yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.

definisi kebudayaan dan tujuan ilmu budaya dasar



definisi kebudayaan dan tujuan ilmu budaya dasar


Definisi Kebudayaan : 
Keseluruhan system gagasan, tindakan hasil karya manusia dalam kehidupan yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar 
Kebudayaan adalah segala tindakan yang harus dibiasakan oleh manusia dengan belajar 
Kebudayaan (culture) berasal dari kata sanskerta : buddayah 
Bentuk jamak dari budhi (budi) atau akal 
Kebudayaan adalah hal-hal yang bersangkutan dengan akal 
Budaya : budi dan daya berupa cipta karsa dan rasa 
Kebudayaan : hasil dari cipta, karsa dan rasa
                                            
Kebudayaan adalah Segala tindakan yang dilandaskan dengan pembelajaran dan keterampilan seseorang dengan motivasi yang tinggi untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan.

Tujuan : 
Mengusahakan penajaman dan kepekaat pola pikir kita terhadap lingkungan budaya, sehingga kita lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama untuk kepentingan setiap individu. 
Memberikan kesempatan bagi kita semua untuk memperluas wacana tentang berbagai masalah yang dihadapi manusia maupun berbagai persoalan budaya. 
Mengkader kita untuk menjadi individu yang toleran dan tidak terjerumus dalam sifat kedaerahan, fanatisme agama, maupun ras atau golongan. Hal ini karena ruang lingkup pendidikan yang kita rasakan saat ini cenderung membuat setiap manusia berpandangan sempit, mementingkan golongan dan lain sebagainya.

sumber: http://www.penulisinspirasi.blogspot.com/